Selasa, 01 Desember 2015

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN REMAJA


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN REMAJA

A.      Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian adalah istilah yang populer, baik di masyarakat umum maupun di lingkungan Psikologi, walaupun istilah tersebut sebenarnya merupakan suatu konsep yang sukar. Kepribadian atau dalam bahasa inggris adalah “personality” berasal dari bahasa latin yaitu :
-          Persona (kedok) : biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.
-          Personare (menembus) : para pemain sandiwara melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.[1]
Dalam ilmu psikologi, kepribadian diartikan sebagai karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya.[2] Sedangkan menurut beberapa tokoh psikologi berbeda pendapat tentang pengertian kepribadian, seperti yang dijelaskan dibawah ini :
1.       McDougal dan kawan-kawannya berpendapat bahwa kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.
2.       Gordon W. Allport mengemukakan, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
3.       Abin Syamsudin Makmun berpendapat, kepribadian adalah kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik.

B.      Ciri-Ciri Umum Masa Remaja
Selain perubahan fisik yang terjadi pada remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya mauapun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologinya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.[3] Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :[4]
1.       Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak bergantung pada orang tua. Fokus dri tahap ini adala penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
2.       Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3.       Masa remaja akhir (18-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identify. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.
C.      Perkembangan Kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja, meliputi :[5]
1.       Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
2.       Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
3.       Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan, dan cita-cita.
4.       Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria atau wanita.
5.       Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang sehat yang merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan (confusion).
Perkembangan identitas ini dipengaruhi  oleh berbagai faktor, di antaranya sebagai berikut :[6]
1.       Iklim keluarga
Apabila hubungan antarkeluarga hangat, harmonis, serta sikap perlakuan orangtua terhadap anak positif atau penuh kasih sayang, maka remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil (sehat). Namun apabila sebaliknya, yaitu hubungan keluarga penuh konflik, tegang dan persilisihan, serta orangtua bersikap keras dan kurang memberikan kasih sayang, maka remaja akan mengalami kegagalan dalam mencapai identitasnya secara matang, dia akan mengalami kebingungan, konflik atau frustasi.
2.       Tokoh Idola
Pada umumnya, tokoh yang menjadi idola atau pujuan remaja berasal dari kalangan selebritis seperti seperti para penyanyi, bintang film, dan olahragawan. Meskipun persentasenya sedikit, ada juga tokoh idola remaja itu berasal dari para tokoh masyarakat, pejuang atau pahlawan. Biasanya semua hal yang menyangkut tokoh idola akan diikuti, tentunya diharapkan dari tokoh idola sesuatu yang baik dan mendukung perkembangan diri remaja, namun bila tokoh idola mencontohkan sesuatu yang tidak baik dan diikuti, maka itu yang menjadi masalah.
3.       Peluang Perkembangan Diri
Kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam. Dalam hal ini eksperimentasi atau pengalaman dalam menyampaikan gagasan, penampilan peran-peran dan bergaul dengan orang lain atau kelompok (dalam aktivitas yang sehat) sangatlah penting bagi perkembangan identitasnya. Namun remaja memiliki bahaya dalam pembentukan identitasnya. yaitu ketika berkelompok remaja hanya mementingkan perannya menjadi anggota kelompok daripada mengembangkan pola norma diri sendiri.[7]
   Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa remaja dapat dipandang telah memiliki identity yang matang (sehat), apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, peran-perannya dalam kehidupan sosial (di lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat), dunia kerja, dan nilai-nilai agama.[8]
D.      Karakteristik kepribadian
Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah penyesuaian (adjusmet). E.B. Hurlock mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:[9]
1.         Mampu menilai diri secara realistis. Hal ini ditandai dengan kemampuan umtuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor. Ia tidak marah jika dikritik dan disaat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar.[10] Mampu menilai dirinya sebagaimana apa adanya, baik kelebihan, maupun kekurangan/kelemahannya, yang menyangkut fisik (postur tubuh, wajah keutuhan, dan kesehatan) dan kemampuan.
2.         Mampu melihat situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dihadapi secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.
3.         Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis. Individu dapat menilai prestasinya (keberhasialan yang diperolehnya) secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, angkuh,  apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan dalam hidupnya. Apabila mengalami kegagalan tidak mereaksinya dengan frustasi , tetapi dengan sikap optimis. 
4.         Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5.         Kemandirian. Individu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6.         Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).
7.         Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas paksaan dari luar. Dia berupaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan) dan ketrampilan.
8.         Berorientasi keluar. Dia bersikap respek, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersikap fleksibel dalam berfikir. Berrett Leonard mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri, (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, (c) tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
9.         Penerimaan sosial. Mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10.     Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama.
11.     Berbahagia. Kebahagiaan itu didukung oleh faktor-faktor pencapaian prestasi, penerimaan dari orang lain, perasaan dicintai atau disayangi orang lain.

Adapun kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan karakteristik seperti:
1.         Mudah marah (tersinggung).
2.         Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
3.         Sering merasa tertekan.
4.         Bersikap kejam atau mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang.
5.         Ketidak mampuan untuk menghindar dari  perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.
6.         Mempunyai kebiasaan berbohong.
7.         Hiperaktif.
8.         Senang mencemooh orang lain.
9.         Sulit tidur.
10.     Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
11.     Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.
12.     Bersikap psimis dalam mengahadapi kehidupan.
13.     Kurang bergairah dalam menjalani hidup.

Kelainan tingkah laku tersebut berkembang apabila anak hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya. Seperti lingkungan keluarga yang broken home, hubungan antaranggota keluarga kurang harmonis, kurang memperhatikan nilai-nilai agama dan orang tua bersikap keras atau kurang memberikan curahan kasih sayang.[11]




[1]  Syamsu Yusuf, “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 126
[2]  Hendriati Agustina, “Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja)” (Bandung: Refika Aditama, 2006), 128
[3]  Hendriati Agustina, “Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja)” (Bandung: Refika Aditama, 2006), 28
[4]  Ibid., 29
[5]  Syamsu Yusuf, “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 201
[6]  Ibid., 202-203
[7]  Monks, dkk, “Ontwikkelings Psycologie” (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), 282.
[8]  Syamsu Yusuf, “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 203
[9] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 130-131.
[10] Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (jakarta:Rajagrafindo Persada), 82.
[11] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, 132.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar