MAKALAH
“Pendidikan
Islam Pada Masa Dinasti Saljuk”
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Sejarah Pendidikan Islam Klasik“
Disusun Oleh:
Nadzir Mahlazzaman (210314015)
Roro Ajeng Olga Dewi Wulan (210314032)
Yusuf Eko Dariyanto (210314034)
Dosen Pengampu:
Arik Dwijayanto, MA.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2015
DAFTAR ISI
Daftar isi.................................................................................................................. 1
Bab I :
Pendahuluan................................................................................................ 2
A.
Latar Belakang Masalah
..............................................................................
2
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................
2
Bab II :
Pembahasan.................................................................................................
3
A.
Sejarah Dinasti
Saljuk..................................................................................
3
B.
Lembaga Pendidikan Dinasti
Saljuk............................................................ 5
C.
Kurikulum dan Materi Madrasah
Nizhamiyah............................................. 6
D.
Tokoh-Tokoh Madrasah
Nizhamiyah.......................................................... 8
E.
Ide-Ide Tokoh Pendidikan
Nizhamiyah....................................................... 8
Bab III :
Kesimpulan................................................................................................
9
Daftar
Pustaka........................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Di masa bani Saljuk berkuasa, Dinasti
Abbasiyah mengalami kemajuan kembali setelah sekian lama mengalami kemunduruan.
Kemunduran yang dialami oleh Abbasiyah dikarenakan pemerintah yang lemah dalam
mengikat dan menyatukan wilayahnya. Sehingga wilayah yang mereka ekspansi dulu
mulai melepaskan diri satu demi satu membentuk dinasti-dinasti kecil. Bahkan
sampai merebut kota Baghdad yang merupakan pusat pemerintahan Abbasiyah.
Demi merebut kembali kota Baghdad, Khalifah
Al-Qaim meminta bantuan bani Saljuk. Dibawah pempinan Thughrul Bek kota Baghdad
berhasil direbut, dan sebagai gantinya bani Saljuk berhak atas kekuasaan
dinasti Abbasiyah. Mereka mulai membangun kembali dinasti Abbasiyah menjadi
dinasti yang tangguh dan mulai berekspansi lagi setelah telah lama tidak
melakukan ekspansi, yang pada akhirnya dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan
kembali dan salah satu kunci kesuksesan bani Saljuk dalam membangun kembali
dinasti Abbasiyah adalah pendidikan
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah Dinasti
Saljuk?
2.
Bagaimana lembaga
pendidikan pada dinasti Saljuk?
3.
Bagaimana kurikulum dan
materi di madrasah Nizhamiyah?
4.
Siapa guru-guru yang
mengajar di madrasah Nizhamiyah?
5.
Apakah ide-ide dari tokoh
pendidikan Nizhamiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dinasti Saljuk
Orang-orang Seljuk adalah keluarga besar
al-Ghiz yang besar di Turki. Mereka menisbahkan dirinya kepada nenek moyang
mereka yang bernama Seljuk bin Taqaq. Dia hidup di negeri Turkistan di bawah
pemerintahan orang-orang Turki yang menyembah berhala.[1]
Sepeninggal Saljuk bin Taqaq, estafet kepemimpinan Bani Saljuk digantikan oleh
anaknya yang bernama Israil.
Melihat
kekuatan yang semakin hari semakin kuat, maka pemimpin kaum Ghaznawy, Sultan
Mahmud, mulai waspada dengan kekuatan ini. Karena itu, Sultan Mahmud mengundang
Israil untuk berunding. Ketika itulah, Sultan Mahmud menangkap dan memenjarakan
Israil. Tampaklah perundingan itu hanya sebagai tipu muslihat saja dalam
menangkap Israil. Orang-orang Saljuk kemudian mengangkat Mikail untuk memimpin
mereka. Menyadari kekuatan bani Saljuk tidak seimbang dengan kekuatan Sultan
Mahmud, Mikail memilih berdamai. Perdamaian itu terwujud dalam waktu yang tidak
lama, karena Sultan Mahmud menyerang Bani Saljuk, yang menyebabkan meninggalnya
Mikail.
Setelah
Mikail meninggal dunia kaum Saljuk selanjutnya dipimpin oleh Thughrul Bek. Di
masa Thughrul Bek ini, khalifah Abbasiyah yang waktu itu dipegang oleh Al-Qaim
meminta bantuan kepadanya untuk menumpas pemberontakan Al-Basasiry. Permintaan
itu tentu disambut dengan baik oleh Thughrul Bek. Sehingga kaum Saljuk segera
memasuki kota Baghdad di bawah pimpinan Thughrul Bek pada tahun 447 H/ 1055 M
dan kemudian menjadi sultan atau penguasa di Abbasiyah. Dengan demikian
Thughrul Bek masuk dan dapat merebut ibukota Baghdad dari Al-Basasiry yang
ingin menegakkan kekuasaan daulat Fathimiah di Baghdad. Karena kesuksesan
itulah kemudian Khalifah Al-Qaim memberi gelar al-Mulk kepada Thughrul Bek.[2]
Meskipun Bani Saljuk mampu menguasai
Baghdad, namun kaum Saljuk tidak menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan
politiknya. Kaum Saljuk menjadikan pusat kegiatan politiknya dikota Naisbur.
Hal ini dilakukan untuk membedakannya dengan Baghdad yang tetap dipertahankan
sebagai kota penting, dimana khalifah melakukan fungsinya sebagai pemimpin
spiritual. Kaum Saljuk menganut aliran Sunni, berarti sama dengan madzhab
keluarga Abbasiyah, karena itu kondisi khalifah lebih baik dibanding
sebelumnya, dinasti Buwaihi yang menganut paham Syiah. Bani Saljuk tidak
berbuat sewenang-wenang terhadap keluarga khalifah.
Wilayah-wilayah yang dikuasai Bani Saljuk
diperintah oleh seorang pemimpin yang bergelar Sultan, dibantu oleh wazir.
Wilayah Bani Saljuk yang luas dibagi kepada beberapa wilayah yang kecil yang
dipimpin oleh seorang syah, yang diangkat oleh keluarga Saljuk. Semua
syah itu harus tunduk dan patuh kepada Sultan setiap syah diberi otonom untuk
mengurus wilayahnya, bahkan untuk memperluas wilayahnya.[3]
Thughrul Bek dianggap berhasil mengantarkan
bani Saljuk sebagai pengauasa di Baghdad memulihkan keamanan diyakini oleh
Thurhrul Bek sebagai kewajiban pertama yang mesti dilakukannya. Hal ini
terlaksana karena dukungan pasukannya yang setia. Sejarah mencatat bahwa pada
tahun 455 H/ 1063 M, keamanan di kota Baghdad dan wilayah sekitarnya telah
pulih kembali sepenuhnya, hingga setiap lapisan masyarakat amat merasa lega. Di
zaman ini hampir tidak ada serangan dari luar bani Saljuk.
Penguasa lain yang dianggap sukses adalah
Alp Arselan, seorang panglima yang perkasa, dimasanya ia berhasil melakukan
ekspansi pada tahun 455 H/1063 M merebut wilayah Aremenia dan Georgia dari
tangan Bizantium, dan pada tahun berikutnya dilanjutkan ke wilayah Asia kecil
bagian timur, memasuki wilayah Galatia dan merebut kota Manzikart. Ini
merupakan ekspansi yang cukup terkenal di zaman dinasti Abbasiyah, yang sekian
lama tidak melakukan kebijakan ekspansi seperti yang dilakukan dinasti
sebelumnya, bani Umayah.
Nama seorang wazir yang membantu Alp
Arselan dalam menjalankan dan memajukan diansti Saljuk adalah seorang wazir
yang bernama Nizham al-Mulk, seorang tokoh yang telah memperhatikan dedikasi
yang penuh bagi pemulihan kebesaran dan keagungan daulat Abbasiyah dalam bidang
kemakmuran dan pengetahuan. Dijelaskan pula bahwa wazir Nizham al-Mulk memberi
perhatian yang sungguh-sungguh tentang administrasi Negara. Dia, melakukan
analisa pendapatan Negara setiap akhir tahun, untuk mengetahui perimbangan
antara pendapatan dan belanja negara. Di zaman wazir inilah lahir sebuah
perguruan tinggi terkemuka di Baghdad yaitu Madrasah Nizhamiyah pada tahun 1065
M.[4]
Pengabdian wazir Nizham al-Mulk bukan saja
di masa Sultan Alp Arselan tetapi juga membantu masa Sultan Maliksyah. Selama
pemerintahan Maliksyah kekuasaan Bani Saljuk terbentang dari Asia tengah dan
perbatasan India sampai laut Tengah, dan dari Kaukasus dan Laut Aral sampai
teluk Persia. Menjelang akhir masa pemerintahannya Maliksyah sudah dapat
menguasai daerah Transoxania. Sebuah capaian dari dinasi kecil yang cukup luas.
Di tangan ketiga sultan di ataslah memang dinasti Saljuk terlihat cermelang.[5]
B.
Lembaga Pendidikan Dinasti Saljuk
Salah
satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
didirikan tahun 457 - 459 H oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk. Madrasah
Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan
Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang
dikelola oleh pemerintah. Nizham al-Mulk mendirikan gedung-gedung ilmiah untuk
ahli fikih, membangun madrasah-madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang
beribadah serta fakir miskin. Madrasah Nizham al-Mulk bernama Nizhamiyah dan
termasyhur di seluruh dunia. Di antara madrasah yang terkenal dan terpenting
adalah Nizhamiyah di Baghdad. Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan
madrasah-madrasah untuk memperkuat pemerintah Bani Saljuk dan untuk menyiarkan
mazhab kegamaan pemerintahan.
Selain
madrasah, Nizham al-Mulk juga memprakarsai berdirinya Perguruan Tinggi
Nizhamiyah (1065 M) di kota Baghdad dan kota Naisabur. Dan hampir di setiap
kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Diantara intelektual
Islam yang terkenal yang pernah mengajar di Nizhamiyah adalah Imam al-Ghazali.
Tampaknya
dalam perjalanan sejarah Islam, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi
model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Perguruan tinggi Nizhamiyah ini
merupakan perguruan yang telah teratur mengenai kurikulum dan silabusnya.
Tenaga pengajarnya mendapat gaji yang cukup. Semua mahasiswa belajar dengan
gratis bagi yang miskin mendapat tunjangan tertentu yang diambilkan dari dana
khusus untuk keperluan tersebut. Pemerintah waktu itu memang sudah
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk semua kebutuhan perguruan tinggi ini,
pendanaannya banyak diambilkan dari pajak dan dana wakaf.[6]
C.
Kurikulum
dan Materi Madrasah Nizhamiyah
Madrasah
Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang
sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab ahlisunah dan juga menjadi
tempat-tempat menarik pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam
belajar. Melalui Madrasah Nizhamiyah ini, penamaan ideologi Sunni yang
dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk
mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap muncul
atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari dinasti Saljuk.
Berdasarkan
keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa Madrasah Nizhamiyah tidak
mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi, tetapi lebih terfokus pada
pelajaran ilmu agama terutama ilmu fikih. Madzhab fikih yang menonjol adalah
fikih Syafi’i dan teologi Asy’ariy keduanya secara aktif dipelajari dan
dialami. Walaupun yang menonjol adalah mazhab Syafi’i khusus untuk
masing-masing madzhab dan khalifah membentuk kadi yang ahli untuk masing-masing
mazhab.
Selanjutnya
dapat dipahami bahwa materi pelajaran di Madrasah Nizhamiyah hanya mempelajari
ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik,
dan ilmu keterampilan lainnya. karena terlihat madrasah ini khusus didirikan
untuk menyebarkan mazhab Sunni atau kepentingan pilitik, sebab dari latar
belakang diadakannya Madrasah Nizhamiyah untuk pengaruh mu’tazilah dan syi’ah
yang sangat kuat sebelumnya di lingkungan masyarakat pada masa itu.
Beranjak
dari hal di atas, yang terpenting bahwa di Madrasah Nizhamiyah telah melahirkan
ahli dan sarjana-sarjana yang terkenal dengan sistem modernnya. Bila
dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya, tidak ada satu pun madrasah
yang dapat menandingi Madrasah Nizhamiyah, ini terbukti tidak ada madrasah lain
dalam sejarahnya yang dapat bertahan lama.
Guna
terlaksananya rencana pengajaran (kurikulum) di Madrasah Nizhamiyah, madrasah
ini ditunjang dengan sarana dan prasana yang lengkap, gedung-gedung yang megah,
perpustakaan dengan jumlah buku lebih kurang 6000 jilid yang merupakan
buku-buku wakaf untuk sekolah itu. pendanaan juga dibantu sepenuhnya baik bagi
guru maupun bagi mahasiswa, mereka bebas dari biaya pendidikan dan disediakan
asrama.[7]
D.
Tokoh-tokoh Madrasah Nizhamiyah
Masyhurnya
madrasah Nizhamiyah tidak terlepas dari peran guru yang mengajar,
mendidik dan membimbing para mahasiwa, yang akhirnya menghasilkan
sarjana-sarjana yang berkedudukan di pemerintahan sebagai karyawan dan pegawai
negara. Guru-guru yang memberikan pelajaran di madrasah Nizhamiyah antara lain
yaitu:
1.
Abu Ishak al-Syirazi (w. 476 H = 1083 M)
2.
Abu Nashr al-Shabbagh (w. 477 H = 1084 M)
3.
Abu Qosim al-A’lawi (w. 482 H = 1089 M)
4.
Abu Abdullah al-Thabari (w. 495 H = 1101 M)
5.
Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H = 1111 M)
6.
Radliyud Din al-Qazwaini (w. 575 H = 1179 M)
7.
Al- Firuzabadi (w. 817 H = 1414 M).
E.
Ide-ide Tokoh Pendidikan Nizhamiyah
Di sini
yang dicantumkan hanya ide-ide al-Ghazali yakni tentang metode asas mengajar:[8]
1.
Memperhatikan tingkat daya pikir anak
2.
Menerangkan pelajaran dengan jelas
3.
Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang kongkrit kepada yang abstrak
4.
Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur
BAB III
KESIMPULAN
A.
Sejarah Dinasti Saljuk
Orang-orang
Seljuk adalah keluarga besar al-Ghiz yang besar di Turki. Mereka menisbahkan
dirinya kepada nenek moyang mereka yang bernama Seljuk bin Taqaq. Dia hidup di
negeri Turkistan di bawah pemerintahan orang-orang Turki yang menyembah
berhala. Sepeninggal Saljuk bin Taqaq, estafet kepemimpinan Bani Saljuk
digantikan oleh anaknya yang bernama Israil. Melihat kekuatan yang semakin hari
semakin kuat, maka pemimpin kaum Ghaznawy, Sultan Mahmud, mulai waspada dengan
kekuatan ini. Ketika itulah, Sultan Mahmud menangkap dan memenjarakan Israil.
Tampaklah perundingan itu hanya sebagai tipu muslihat saja dalam menangkap
Israil. Menyadari kekuatan bani Saljuk tidak seimbang dengan kekuatan Sultan
Mahmud, Mikail memilih berdamai. Perdamaian itu terwujud dalam waktu yang tidak
lama, karena Sultan Mahmud menyerang Bani Saljuk, yang menyebabkan meninggalnya
Mikail. Setelah Mikail meninggal dunia kaum Saljuk selanjutnya dipimpin oleh
Thughrul Bek. kaum Saljuk segera memasuki kota Baghdad di bawah pimpinan
Thughrul Bek pada tahun 447 H/ 1055 M dan kemudian menjadi sultan atau penguasa
di Abbasiyah. Dengan demikian Thughrul Bek masuk dan dapat merebut ibukota
Baghdad dari Al-Basasiry yang ingin menegakkan kekuasaan daulat Fathimiah di
Baghdad. Karena kesuksesan itulah kemudian Khalifah Al-Qaim memberi gelar al-Mulk
kepada Thughrul Bek. Meskipun Bani Saljuk mampu menguasai Baghdad, namun kaum
Saljuk tidak menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politiknya. Kaum Saljuk
menjadikan pusat kegiatan politiknya dikota Naisbur. Pengabdian wazir Nizham
al-Mulk bukan saja di masa Sultan Alp Arselan tetapi juga membantu masa Sultan
Maliksyah. Selama pemerintahan Maliksyah kekuasaan Bani Saljuk terbentang dari
Asia tengah dan perbatasan India sampai laut Tengah, dan dari Kaukasus dan Laut
Aral sampai teluk Persia. Menjelang akhir masa pemerintahannya Maliksyah sudah
dapat menguasai daerah Transoxania.
B.
Lembaga Pendidikan
Salah
satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah madrasah. Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul
dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Nizham al-Mulk mendirikan
gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun madrasah-madrasah untuk para
ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin. Tujuan Nizham
al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah untuk memperkuat pemerintah Bani Saljuk
dan untuk menyiarkan mazhab kegamaan pemerintahan.
C.
Kurikulum dan Materi yang
Diberikan Madrasah Nizhamiyah
Madrasah
Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang
sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab ahlisunah dan juga menjadi
tempat-tempat menarik pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam
belajar. Melalui Madrasah Nizhamiyah ini, penamaan ideologi Sunni yang
dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk
mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap
muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari dinasti
Saljuk.
D.
Tokoh-tokoh Ide dan Ide-ide Madrasah Nizhamiyah
Masyhurnya
madrasah Nizhamiyah tidak terlepas dari peran guru yang mengajar,
mendidik dan membimbing para mahasiwa, yang akhirnya menghasilkan
sarjana-sarjana yang berkedudukan di pemerintahan sebagai karyawan dan pegawai
negara.
E.
Ide-ide dari Tokoh Madrasah Nizhamiyah: memperhatikan tingkat daya
pikir anak, menerangkan pelajaran dengan jelas, mengajarkan ilmu pengetahuan
dari yang kongkrit kepada yang abstrak.
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana. 2003
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Fajar Media Press. 2011
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Teras. 2011
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan
Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana. 2008
[1] Ahmad
al-‘Usairy, Sejarah Islam (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003),
279-280.
[2] Imam
Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 198-199.
[3] Ibid.,
199-200.
[4] Syamsul
Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press,
2011), 90.
[5] Imam
Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, 203.
[6] Ibid.,
204.
[7]
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan
Era Rasulullah Sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008), 162-163.
bagus sekali makalahnya, jelas dan menambah wawasan. terimakasih
BalasHapus