Senin, 14 Desember 2015

Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Saljuk




MAKALAH
“Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Saljuk”
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah  
 “Sejarah Pendidikan Islam Klasik“


Disusun Oleh:
Nadzir Mahlazzaman             (210314015)
Roro Ajeng Olga Dewi Wulan           (210314032)
Yusuf Eko Dariyanto             (210314034)
                                                           
Dosen Pengampu:
Arik Dwijayanto, MA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 (STAIN) PONOROGO
2015



DAFTAR ISI

Daftar isi..................................................................................................................  1
Bab I : Pendahuluan................................................................................................  2
A.      Latar Belakang Masalah .............................................................................. 2
B.      Rumusan Masalah........................................................................................ 2
Bab II : Pembahasan................................................................................................. 3
A.      Sejarah Dinasti Saljuk.................................................................................. 3
B.      Lembaga Pendidikan Dinasti Saljuk............................................................ 5
C.      Kurikulum dan Materi Madrasah Nizhamiyah............................................. 6
D.      Tokoh-Tokoh Madrasah Nizhamiyah.......................................................... 8
E.       Ide-Ide Tokoh Pendidikan Nizhamiyah....................................................... 8
Bab III : Kesimpulan................................................................................................ 9
Daftar Pustaka........................................................................................................ 11



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Di masa bani Saljuk berkuasa, Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan kembali setelah sekian lama mengalami kemunduruan. Kemunduran yang dialami oleh Abbasiyah dikarenakan pemerintah yang lemah dalam mengikat dan menyatukan wilayahnya. Sehingga wilayah yang mereka ekspansi dulu mulai melepaskan diri satu demi satu membentuk dinasti-dinasti kecil. Bahkan sampai merebut kota Baghdad yang merupakan pusat pemerintahan Abbasiyah.
Demi merebut kembali kota Baghdad, Khalifah Al-Qaim meminta bantuan bani Saljuk. Dibawah pempinan Thughrul Bek kota Baghdad berhasil direbut, dan sebagai gantinya bani Saljuk berhak atas kekuasaan dinasti Abbasiyah. Mereka mulai membangun kembali dinasti Abbasiyah menjadi dinasti yang tangguh dan mulai berekspansi lagi setelah telah lama tidak melakukan ekspansi, yang pada akhirnya dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan kembali dan salah satu kunci kesuksesan bani Saljuk dalam membangun kembali dinasti Abbasiyah adalah pendidikan

B.      Rumusan Masalah
1.       Bagaimana sejarah Dinasti Saljuk?
2.       Bagaimana lembaga pendidikan pada dinasti Saljuk?
3.       Bagaimana kurikulum dan materi di madrasah Nizhamiyah?
4.       Siapa guru-guru yang mengajar di madrasah Nizhamiyah?
5.       Apakah ide-ide dari tokoh pendidikan Nizhamiyah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sejarah Dinasti Saljuk
Orang-orang Seljuk adalah keluarga besar al-Ghiz yang besar di Turki. Mereka menisbahkan dirinya kepada nenek moyang mereka yang bernama Seljuk bin Taqaq. Dia hidup di negeri Turkistan di bawah pemerintahan orang-orang Turki yang menyembah berhala.[1] Sepeninggal Saljuk bin Taqaq, estafet kepemimpinan Bani Saljuk digantikan oleh anaknya yang bernama Israil.
                Melihat kekuatan yang semakin hari semakin kuat, maka pemimpin kaum Ghaznawy, Sultan Mahmud, mulai waspada dengan kekuatan ini. Karena itu, Sultan Mahmud mengundang Israil untuk berunding. Ketika itulah, Sultan Mahmud menangkap dan memenjarakan Israil. Tampaklah perundingan itu hanya sebagai tipu muslihat saja dalam menangkap Israil. Orang-orang Saljuk kemudian mengangkat Mikail untuk memimpin mereka. Menyadari kekuatan bani Saljuk tidak seimbang dengan kekuatan Sultan Mahmud, Mikail memilih berdamai. Perdamaian itu terwujud dalam waktu yang tidak lama, karena Sultan Mahmud menyerang Bani Saljuk, yang menyebabkan meninggalnya Mikail.
                Setelah Mikail meninggal dunia kaum Saljuk selanjutnya dipimpin oleh Thughrul Bek. Di masa Thughrul Bek ini, khalifah Abbasiyah yang waktu itu dipegang oleh Al-Qaim meminta bantuan kepadanya untuk menumpas pemberontakan Al-Basasiry. Permintaan itu tentu disambut dengan baik oleh Thughrul Bek. Sehingga kaum Saljuk segera memasuki kota Baghdad di bawah pimpinan Thughrul Bek pada tahun 447 H/ 1055 M dan kemudian menjadi sultan atau penguasa di Abbasiyah. Dengan demikian Thughrul Bek masuk dan dapat merebut ibukota Baghdad dari Al-Basasiry yang ingin menegakkan kekuasaan daulat Fathimiah di Baghdad. Karena kesuksesan itulah kemudian Khalifah Al-Qaim memberi gelar al-Mulk kepada Thughrul Bek.[2]
Meskipun Bani Saljuk mampu menguasai Baghdad, namun kaum Saljuk tidak menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politiknya. Kaum Saljuk menjadikan pusat kegiatan politiknya dikota Naisbur. Hal ini dilakukan untuk membedakannya dengan Baghdad yang tetap dipertahankan sebagai kota penting, dimana khalifah melakukan fungsinya sebagai pemimpin spiritual. Kaum Saljuk menganut aliran Sunni, berarti sama dengan madzhab keluarga Abbasiyah, karena itu kondisi khalifah lebih baik dibanding sebelumnya, dinasti Buwaihi yang menganut paham Syiah. Bani Saljuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap keluarga khalifah.
Wilayah-wilayah yang dikuasai Bani Saljuk diperintah oleh seorang pemimpin yang bergelar Sultan, dibantu oleh wazir. Wilayah Bani Saljuk yang luas dibagi kepada beberapa wilayah yang kecil yang dipimpin oleh seorang syah, yang diangkat oleh keluarga Saljuk. Semua syah itu harus tunduk dan patuh kepada Sultan setiap syah diberi otonom untuk mengurus wilayahnya, bahkan untuk memperluas wilayahnya.[3]
Thughrul Bek dianggap berhasil mengantarkan bani Saljuk sebagai pengauasa di Baghdad memulihkan keamanan diyakini oleh Thurhrul Bek sebagai kewajiban pertama yang mesti dilakukannya. Hal ini terlaksana karena dukungan pasukannya yang setia. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 455 H/ 1063 M, keamanan di kota Baghdad dan wilayah sekitarnya telah pulih kembali sepenuhnya, hingga setiap lapisan masyarakat amat merasa lega. Di zaman ini hampir tidak ada serangan dari luar bani Saljuk.
Penguasa lain yang dianggap sukses adalah Alp Arselan, seorang panglima yang perkasa, dimasanya ia berhasil melakukan ekspansi pada tahun 455 H/1063 M merebut wilayah Aremenia dan Georgia dari tangan Bizantium, dan pada tahun berikutnya dilanjutkan ke wilayah Asia kecil bagian timur, memasuki wilayah Galatia dan merebut kota Manzikart. Ini merupakan ekspansi yang cukup terkenal di zaman dinasti Abbasiyah, yang sekian lama tidak melakukan kebijakan ekspansi seperti yang dilakukan dinasti sebelumnya, bani Umayah.
Nama seorang wazir yang membantu Alp Arselan dalam menjalankan dan memajukan diansti Saljuk adalah seorang wazir yang bernama Nizham al-Mulk, seorang tokoh yang telah memperhatikan dedikasi yang penuh bagi pemulihan kebesaran dan keagungan daulat Abbasiyah dalam bidang kemakmuran dan pengetahuan. Dijelaskan pula bahwa wazir Nizham al-Mulk memberi perhatian yang sungguh-sungguh tentang administrasi Negara. Dia, melakukan analisa pendapatan Negara setiap akhir tahun, untuk mengetahui perimbangan antara pendapatan dan belanja negara. Di zaman wazir inilah lahir sebuah perguruan tinggi terkemuka di Baghdad yaitu Madrasah Nizhamiyah pada tahun 1065 M.[4]
Pengabdian wazir Nizham al-Mulk bukan saja di masa Sultan Alp Arselan tetapi juga membantu masa Sultan Maliksyah. Selama pemerintahan Maliksyah kekuasaan Bani Saljuk terbentang dari Asia tengah dan perbatasan India sampai laut Tengah, dan dari Kaukasus dan Laut Aral sampai teluk Persia. Menjelang akhir masa pemerintahannya Maliksyah sudah dapat menguasai daerah Transoxania. Sebuah capaian dari dinasi kecil yang cukup luas. Di tangan ketiga sultan di ataslah memang dinasti Saljuk terlihat cermelang.[5]

B.      Lembaga Pendidikan Dinasti Saljuk
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah adalah madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457 - 459 H oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk. Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Nizham al-Mulk mendirikan gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun madrasah-madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin. Madrasah Nizham al-Mulk bernama Nizhamiyah dan termasyhur di seluruh dunia. Di antara madrasah yang terkenal dan terpenting adalah Nizhamiyah di Baghdad. Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah untuk memperkuat pemerintah Bani Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab kegamaan pemerintahan.
Selain madrasah, Nizham al-Mulk juga memprakarsai berdirinya Perguruan Tinggi Nizhamiyah (1065 M) di kota Baghdad dan kota Naisabur. Dan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Diantara intelektual Islam yang terkenal yang pernah mengajar di Nizhamiyah adalah Imam al-Ghazali.
Tampaknya dalam perjalanan sejarah Islam, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Perguruan tinggi Nizhamiyah ini merupakan perguruan yang telah teratur mengenai kurikulum dan silabusnya. Tenaga pengajarnya mendapat gaji yang cukup. Semua mahasiswa belajar dengan gratis bagi yang miskin mendapat tunjangan tertentu yang diambilkan dari dana khusus untuk keperluan tersebut. Pemerintah waktu itu memang sudah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk semua kebutuhan perguruan tinggi ini, pendanaannya banyak diambilkan dari pajak dan dana wakaf.[6]

C.      Kurikulum  dan Materi Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab ahlisunah dan juga menjadi tempat-tempat menarik pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar. Melalui Madrasah Nizhamiyah ini, penamaan ideologi Sunni yang dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari dinasti Saljuk.
Berdasarkan keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa Madrasah Nizhamiyah tidak mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi, tetapi lebih terfokus pada pelajaran ilmu agama terutama ilmu fikih. Madzhab fikih yang menonjol adalah fikih Syafi’i dan teologi Asy’ariy keduanya secara aktif dipelajari dan dialami. Walaupun yang menonjol adalah mazhab Syafi’i khusus untuk masing-masing madzhab dan khalifah membentuk kadi yang ahli untuk masing-masing mazhab.
Selanjutnya dapat dipahami bahwa materi pelajaran di Madrasah Nizhamiyah hanya mempelajari ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik, dan ilmu keterampilan lainnya. karena terlihat madrasah ini khusus didirikan untuk menyebarkan mazhab Sunni atau kepentingan pilitik, sebab dari latar belakang diadakannya Madrasah Nizhamiyah untuk pengaruh mu’tazilah dan syi’ah yang sangat kuat sebelumnya di lingkungan masyarakat pada masa itu.
Beranjak dari hal di atas, yang terpenting bahwa di Madrasah Nizhamiyah telah melahirkan ahli dan sarjana-sarjana yang terkenal dengan sistem modernnya. Bila dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya, tidak ada satu pun madrasah yang dapat menandingi Madrasah Nizhamiyah, ini terbukti tidak ada madrasah lain dalam sejarahnya yang dapat bertahan lama.
Guna terlaksananya rencana pengajaran (kurikulum) di Madrasah Nizhamiyah, madrasah ini ditunjang dengan sarana dan prasana yang lengkap, gedung-gedung yang megah, perpustakaan dengan jumlah buku lebih kurang 6000 jilid yang merupakan buku-buku wakaf untuk sekolah itu. pendanaan juga dibantu sepenuhnya baik bagi guru maupun bagi mahasiswa, mereka bebas dari biaya pendidikan dan disediakan asrama.[7]

D.      Tokoh-tokoh Madrasah Nizhamiyah
Masyhurnya madrasah  Nizhamiyah tidak  terlepas dari peran guru yang mengajar, mendidik dan membimbing para mahasiwa, yang akhirnya menghasilkan sarjana-sarjana yang berkedudukan di pemerintahan sebagai karyawan dan pegawai negara. Guru-guru yang memberikan pelajaran di madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu:
1.       Abu Ishak al-Syirazi (w. 476 H = 1083 M)
2.       Abu Nashr al-Shabbagh (w. 477 H = 1084 M)
3.       Abu Qosim al-A’lawi (w. 482 H = 1089 M)
4.       Abu Abdullah al-Thabari (w. 495 H = 1101 M)
5.       Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H = 1111 M)
6.       Radliyud Din al-Qazwaini (w. 575 H = 1179 M)
7.       Al- Firuzabadi (w. 817 H = 1414 M).

E.       Ide-ide Tokoh Pendidikan Nizhamiyah
Di sini yang dicantumkan hanya ide-ide al-Ghazali yakni tentang metode asas mengajar:[8]
1.       Memperhatikan tingkat daya pikir anak
2.       Menerangkan pelajaran dengan jelas
3.       Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang kongkrit kepada yang abstrak
4.       Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur

BAB III
KESIMPULAN
A.      Sejarah Dinasti Saljuk
Orang-orang Seljuk adalah keluarga besar al-Ghiz yang besar di Turki. Mereka menisbahkan dirinya kepada nenek moyang mereka yang bernama Seljuk bin Taqaq. Dia hidup di negeri Turkistan di bawah pemerintahan orang-orang Turki yang menyembah berhala. Sepeninggal Saljuk bin Taqaq, estafet kepemimpinan Bani Saljuk digantikan oleh anaknya yang bernama Israil. Melihat kekuatan yang semakin hari semakin kuat, maka pemimpin kaum Ghaznawy, Sultan Mahmud, mulai waspada dengan kekuatan ini. Ketika itulah, Sultan Mahmud menangkap dan memenjarakan Israil. Tampaklah perundingan itu hanya sebagai tipu muslihat saja dalam menangkap Israil. Menyadari kekuatan bani Saljuk tidak seimbang dengan kekuatan Sultan Mahmud, Mikail memilih berdamai. Perdamaian itu terwujud dalam waktu yang tidak lama, karena Sultan Mahmud menyerang Bani Saljuk, yang menyebabkan meninggalnya Mikail. Setelah Mikail meninggal dunia kaum Saljuk selanjutnya dipimpin oleh Thughrul Bek. kaum Saljuk segera memasuki kota Baghdad di bawah pimpinan Thughrul Bek pada tahun 447 H/ 1055 M dan kemudian menjadi sultan atau penguasa di Abbasiyah. Dengan demikian Thughrul Bek masuk dan dapat merebut ibukota Baghdad dari Al-Basasiry yang ingin menegakkan kekuasaan daulat Fathimiah di Baghdad. Karena kesuksesan itulah kemudian Khalifah Al-Qaim memberi gelar al-Mulk kepada Thughrul Bek. Meskipun Bani Saljuk mampu menguasai Baghdad, namun kaum Saljuk tidak menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politiknya. Kaum Saljuk menjadikan pusat kegiatan politiknya dikota Naisbur. Pengabdian wazir Nizham al-Mulk bukan saja di masa Sultan Alp Arselan tetapi juga membantu masa Sultan Maliksyah. Selama pemerintahan Maliksyah kekuasaan Bani Saljuk terbentang dari Asia tengah dan perbatasan India sampai laut Tengah, dan dari Kaukasus dan Laut Aral sampai teluk Persia. Menjelang akhir masa pemerintahannya Maliksyah sudah dapat menguasai daerah Transoxania.
B.      Lembaga Pendidikan
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah adalah madrasah. Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Nizham al-Mulk mendirikan gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun madrasah-madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin. Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah untuk memperkuat pemerintah Bani Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab kegamaan pemerintahan.
C.      Kurikulum  dan Materi yang Diberikan Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab ahlisunah dan juga menjadi tempat-tempat menarik pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar. Melalui Madrasah Nizhamiyah ini, penamaan ideologi Sunni yang dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari dinasti Saljuk.
D.      Tokoh-tokoh Ide dan Ide-ide Madrasah Nizhamiyah
Masyhurnya madrasah  Nizhamiyah tidak  terlepas dari peran guru yang mengajar, mendidik dan membimbing para mahasiwa, yang akhirnya menghasilkan sarjana-sarjana yang berkedudukan di pemerintahan sebagai karyawan dan pegawai negara.
E.       Ide-ide dari Tokoh Madrasah Nizhamiyah: memperhatikan tingkat daya pikir anak, menerangkan pelajaran dengan jelas, mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang kongkrit kepada yang abstrak.

DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 2003
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media                Press. 2011
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras. 2011
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah            Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana. 2008





[1] Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), 279-280.
[2] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 198-199.
[3] Ibid., 199-200.
[4] Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), 90.
[5] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, 203.
[6] Ibid., 204.
[7] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008), 162-163.
[8] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, 165.

1 komentar: