Selasa, 22 Maret 2016

FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Makalah ini disusun untuk salah satu tugas pada mata kuliah
Metodologi Pendidikan Agama Islam

 
Disusun oleh :
1.      Desi Ratnasari                             (210314016)
2.      Fatim Lathifah                             (210314024)
3.      Pramesti Wulandari                    (210314013)
4.      Yusuf Eko Dariyanto                  (210314034)
Dosen Pengampu :
Arif Rahman Hakim, M. Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 (STAIN) PONOROGO
2016

DAFTAR ISI
Daftar Isi ..................................................................................................................1
Bab I : Pendahuluan ................................................................................................2
A.    Latar Belakang Masalah ..............................................................................2
B.     Rumusan Masalah .......................................................................................3
Bab II : Pembahasan ................................................................................................4
A.    Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................................4
B.     Faktor-Faktor Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........5
C.     Ciri-Ciri Tercapainya Keberhasilan Pembelajaran ...................................12
Bab III : Kesimpulan .............................................................................................14
Daftar Pustaka .......................................................................................................15



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat pokok dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga keberhasilan dari suatu pendidikan sangatlah penting. Pendidikan dikatakan berhasil ketika tujuan pendidikan pendidikan itu tercapai.
Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mengubah (change) individu dari tidak mengerti menjadi mengerti, yang tidak tahu menjadi tahu. Di Indonesia, tujuan pendidikan dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 dimana disebutkan “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan inilah yang dijadikan dasar untuk membuat tujuan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional. Begitu pula dengan tujuan dari pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) juga tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pembelajaran dicapai dengan proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Di dalam proses itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan  proses belajar mengajar merupakan faktor utama dari keberhasilan tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan nasional.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah tujuan pendidikan agama Islam?
2.      Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan agama Islam?
3.      Apakah ciri-ciri tercapainya keberhasilan pendidikan?

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20 tahun 2003).[1]
Apa yang kita saksikan selama ini, entah karena kegagalan pembentukan individu atau karena yang lain, nilai-nilai yang mempunyai implikasi sosial dalam istilah Qodry Azizy disebut dengan moralitas sosial atau etika sosial atau AA. Gym menyebutnya dengan krisis akhlak, hampir tidak pernah mendapat perhatian serius. Padahal penekanan terpenting dari ajaran Islam pada dasarnya adalah hubungan antarsesama manusia (mu’amalah bayina al nas) yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas sosial itu. Bahkan filsafat Barat pun mengarahkan pada pembentukan kepribadian itu sangat serius. Theodore Roosevelt mengungkapkan bahwa mendidik seseorang (menekankan) pada otak/pikiran tidak pada moral adalah sama artinya dengan mendidik atau menebarkan ancaman kepada masyarakat.[2]
Dari penjelasan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam harus  mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan pembentukan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai Islam dan pembentukan etika sosial tidak lain agar mendapatkan kebaikan di dunia maupun akhirat.
B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran diartikan sebagai upaya bagaimana peserta didik dapat belajar dengan kemauannya sendiri, yaitu mempelajari apa yang sudah ditentukan dalam kurikulum sebagai kebutuhan paserta didik itu sendiri. Pembelajaran di sini berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam di dalam kurikulum. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran  PAI, yaitu:
1.      Kondisi pembelajaran PAI
Faktor ini sangat mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan pembelajaran PAI. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
a.       Tujuan pembelajaran PAI
Dilihat dari aspek tujuannya, PAI  yang akan dicapai adalah mengantarkan peserta didik untuk memilih al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, menghargai al-Qur’an sebagai pilihan yang paling benar, kemudian mau dan mampu untuk bertindak, mangamalkan isi dari al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Karakteristik bidang studi PAI dan peserta didik
Ditinjau dari aspek karakteristik bidang studi PAI, menuntut adanya fakta, hukum/dalil, prinsip, dan keimanan yang menyajikan kebenaran al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.[3]Aspek karakteristik peserta didik yang berarti setiap individu dari mereka mempunyai kemampuan sendiri, gaya belajar sendiri, dan perkembangannya pun berbeda-beda, seperti perkembangan kognitif.
c.       Kendala pembelajaran PAI.
Dari aspek kendala pembelajaran PAI dapat dilihat mulai dari kualitas pendidik, sarana prasarana dalam pembelajaran yang belum maksimal sehingga dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
2.      Metode pembelajaran PAI
Metode pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Metode yang digunakan dapat berbeda-beda, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Misalnya tujuan pembelajaran ditinjau dari aspek kognitif adalah peserta didik dapat memilih al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, maka pembelajaran yang dikembangkan adalah merancang metode pembelajaran PAI yang dapat memberi kesempatan peserta didik untuk memilih berbagai alternatif pilihan tentang kelebihan dan kekurangan, kebenaran, kesesuaian dengan membandingkan dan menyandingkan berbagai kitab suci, serta mengarahkan peserta didik dapat menentukan pilihannya sesudah mengadakan pertimabangan-pertimbangan mengenai akibat-akibat pilihannya. Dari aspek afektif, peserta didik dapat menghargai pilihannya bahwa al-Qur’an adalah pedoman hidup umat manusia, maka metode yang dikembangkan adalah membuat peserta didik bahagia, gembira dengan cara menghargai pilihannya, dinilai positif, dan yang paling penting adalah membuat peserta didik berani mengemukakan pilihannya dihadapan orang lain. Dari aspek psikomotornya sendiri, peserta didik mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya (al-Qur’an sebagai pedoman hidup) dalam kehidupannya, maka metode yang dikembangkan lebih ditekankan pada penataan sumber belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan peseta didik dapat berbuat sesuatu atas pilihannya, diulang-ulang kembali sehingga membentuk pola kehidupan yang sesuai dengan al-Qur’an.[4]
3.      Hasil yang ingin dicapai dari pembelajaran PAI
Hasil pembelajaran PAI mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran ini berupa hasil nyata dan hasil yang diinginkan.  Hasil nyata adalah hasil pembelajaran PAI yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran PAI tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Hasil yang diinginkan yaitu tujuan yang ingin dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada. Menurut Davies, untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik diperlukan suatu aktifitas profesional yang memerlukan kemampuan dan keterampilan tingkat tinggi dalam pengambilan keputusan terhadap perencanaan pembelajaran yang ditetapkan.[5]
Bila dilihat dari datangnya faktor keberhasilan pembelajran, maka akan didapat 2 faktor yaitu faktor Intern (faktor yang datang dari peserta didik) dan faktor Ekstern (faktor yang datang dari luar diri peserta didik). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: [6]
1.      Faktor Intern
a.       Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, mengabaikan.
b.      Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi belajar bagi siswa mengakibatkan lemahnya kegiatan belajar mengajar dan mutu belajar akan menjadi rendah.
c.       Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
d.      Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
e.       Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan pesan yang pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan pesan yang lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa dan tidak mudah untuk dilupakan.
f.       Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil dan membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk memperoleh hasil belajar.


g.      Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari sekolah di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik.
h.      Rasa percaya diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan mendapatkan keberhasilan. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa prestasi merupakan tahappembuktian yang diakui oleh guru dan siwa. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum,dan mempunyai rasa percaya diri yang semakin kuat.
i.        Intelegensi dan keberhasilan belajar
Menurut Wechler sebagaimana dikutip oleh Drs. Dimyati dan Drs. Mudjiono intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman  kecakapn untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
j.        Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. kebiasaan tersebut antara lain belajar akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk begengsi, bergaya minta belas kasihan tanpa belajar. Dari hal-hal yang menyimpang dalam proses belajar yang lainnya.

k.      Cita-cita siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik bagi setiap siswa. Tetapi adakalanya gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa yang belum ada. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan dari pendidik untuk peserta didik. Didikan bagi peserta didikdi mulai sejak sekolah dasar.
2.      Faktor Ekstern[7]
a.       Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsa. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang mengajar ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah.
b.      Sarana dan prasarana pembelajaran
Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat, dan fasilitas laboraturium sekolah, dan berbagai media pembelajaran yang lain. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran menjadikan kondisi pembelajaran yang baik.
c.       Kebijakan penilaian
Proses belajar sampai pada puncaknya pada hasil belajar siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara dan terjadilah penilaian. Penilaian yang di maksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, dan juga bernilai. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
d.      Lingkungan sosial di sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang disebut lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial siswa tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu, sebagai ilustrasi seorang siswa dapat menjabat sebagai pengurus kelas, ketua kelas, dan sebagainya. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia bertolak, maka ia akan merasa tertekan.
e.       Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut, guru menyusun desain intruksional untuk membelajarkan siswa. Hal itu berarti bahwa program pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem pendidikan nasional.
Para ahli menambahi faktor yang mepengaruhi keberhasilan pembelajaran. Pertama, Slameto yang berpendapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah faktor keluarga. Siswa berangkat ke sekolah dari rumah tidak hanya membawa buku, membawa uang saku namun juga membawa latar belakang ideologi dari rumah, serta membawa asumsi-asumsi dasar yang ia bangun dari lingkungan keluarga. Dia membagi faktor keluarga ini ke dalam tujuh faktor yaitu orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya.[8] Kedua, Toto Fathoni dan Cepi Riyana menyatakan faktor waktu juga mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor waktu dapat dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa jumlah jam pelajaran yang tersedia untuk proses pembelajaran. Sedangkan yang menyangkut kondisi waktu adalah kapan pembelajaran itu dilaksanakan. Pagi, siang, sore, malam, kondisinya akan berbeda. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses pembelajaranyang terjadi.[9]
C.    Ciri-ciri Tercapainya Keberhasilan Pembelajaran
Dalam kurikulum terdapat kompetensi-kompetensi yang harus dipenuhi agar tujuan pembelajaran tercapai, kompetensi-kompetensi tersebut adalah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar Kompetensi dalam kurikulum 2013 di ubah menjadi Kompentensi Inti (KI). Kompetensi dasar adalah perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang minimal harus dikuasai siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan.[10]
Selain itu terdapat juga indikator yang merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator keberhasilan belajar diantaranya, yaitu:[11]
1.      Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tertinggi , baik secara individual msupun kelompok.
2.      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok
Indikator pencapaian hasil belajar dalam kurikulum berfungsi sebagai ciri-ciri yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Ciri-ciri itu lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri peserta didik. Jika serangkaian indikator hasil belajar sudah tampak apa diri peserta didik , target kompetensi dasar tersebut sudah tepenuhi atau tercapai.[12]




BAB III
KESIMPULAN
1.      Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran PAI secara umum ada 3 yaitu a.) Kondisi pembelajran PAI; b.) Metode embelajran PAI; c.) Hasil yang diinginkan dari pembelajaran PAI. Bila dilihat dari datangnya ada 2 faktor yaitu a.) Faktor Intern yaitu faktor yang datang dari dalam diri peserta didik; b.) Faktor Ekstern yaitu faktor yang datang dari luar peserta didik.
3.      Indikator yang merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator pencapaian hasil belajar dalam kurikulum berfungsi sebagai ciri-ciri yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Ciri-ciri itu lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri peserta didik. Jika serangkaian indikator hasil belajar sudah tampak apa diri peserta didik, target kompetensi dasar tersebut sudah tepenuhi atau tercapai.




DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Djamara, Syaiful Bahri dan Zani, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta, 2006.
Fathoni, Toto dan Riyana, Cepi. Komponen-Komponen Pembelajaran: dalam Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo, 2011.
Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Slameto, Alfabeta. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.



[1] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 16.
[2] Ibid., 7-8
[3] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 146.
[4] Ibid., 147.
[5] Ibid., 149.
[6] Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 239.
[7] Ibid., 248.
[8] Alfabeta Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 60.
[9] Toto Fathoni dan Cepi Riyana, Komponen-Komponen Pembelajaran: dalam Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 156.
[10] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 223
[11] Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zani, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rhineka Cipta, 2006), 106.
[12] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 233-234.



FILE PRESENTASI BISA DI DOWNLOAD DISINI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar