FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Makalah ini disusun untuk salah satu tugas pada
mata kuliah
Metodologi Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh :
1. Desi
Ratnasari
(210314016)
2. Fatim
Lathifah (210314024)
3. Pramesti
Wulandari (210314013)
4. Yusuf
Eko Dariyanto (210314034)
Dosen Pengampu :
Arif Rahman Hakim, M. Pd.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2016
Daftar Isi ..................................................................................................................1
Bab I : Pendahuluan
................................................................................................2
A. Latar
Belakang Masalah
..............................................................................2
B. Rumusan
Masalah .......................................................................................3
Bab II : Pembahasan
................................................................................................4
A. Tujuan
Pendidikan Agama Islam ................................................................4
B. Faktor-Faktor
Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........5
C. Ciri-Ciri
Tercapainya Keberhasilan Pembelajaran ...................................12
Bab III : Kesimpulan
.............................................................................................14
Daftar Pustaka
.......................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran
pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan
dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia
terhadap pendidikan bersifat pokok dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga keberhasilan dari suatu pendidikan
sangatlah penting. Pendidikan dikatakan berhasil ketika tujuan pendidikan
pendidikan itu tercapai.
Tujuan
pendidikan secara umum adalah untuk mengubah (change) individu dari tidak
mengerti menjadi mengerti, yang tidak tahu menjadi tahu. Di Indonesia, tujuan
pendidikan dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU
No 20 tahun 2003 dimana disebutkan “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Tujuan pendidikan inilah yang dijadikan dasar untuk membuat tujuan pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.
Begitu pula dengan tujuan dari pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) juga
tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.
Tujuan
pembelajaran dicapai dengan proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta
didik. Di dalam proses itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan
proses belajar mengajar merupakan faktor utama dari keberhasilan tujuan
pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah tujuan pendidikan
agama Islam?
2.
Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan agama Islam?
3.
Apakah ciri-ciri
tercapainya keberhasilan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan Pendidikan
Agama Islam
Pendidikan
Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).Tujuan pendidikan agama Islam di atas
merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN
(UU No. 20 tahun 2003).[1]
Apa
yang kita saksikan selama ini, entah karena kegagalan pembentukan individu atau
karena yang lain, nilai-nilai yang mempunyai implikasi sosial dalam istilah
Qodry Azizy disebut dengan moralitas sosial atau etika sosial atau AA. Gym
menyebutnya dengan krisis akhlak, hampir tidak pernah mendapat perhatian
serius. Padahal penekanan terpenting dari ajaran Islam pada dasarnya adalah
hubungan antarsesama manusia (mu’amalah bayina al nas) yang sarat dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas sosial itu. Bahkan filsafat Barat
pun mengarahkan pada pembentukan kepribadian itu sangat serius. Theodore
Roosevelt mengungkapkan bahwa mendidik seseorang (menekankan) pada otak/pikiran
tidak pada moral adalah sama artinya dengan mendidik atau menebarkan ancaman
kepada masyarakat.[2]
Dari
penjelasan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan agama
Islam harus mengacu pada penanaman
nilai-nilai Islam dan pembentukan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai Islam dan pembentukan etika sosial tidak lain agar mendapatkan kebaikan
di dunia maupun akhirat.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Agama
Islam
Pembelajaran
diartikan sebagai upaya bagaimana peserta didik dapat belajar dengan kemauannya
sendiri, yaitu mempelajari apa yang sudah ditentukan dalam kurikulum sebagai
kebutuhan paserta didik itu sendiri. Pembelajaran di sini berupaya menjabarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan
pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang
terkandung di dalam di dalam kurikulum. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran PAI, yaitu:
1. Kondisi pembelajaran PAI
Faktor ini sangat
mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan pembelajaran PAI. Faktor ini
dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran PAI
Dilihat dari aspek
tujuannya, PAI yang akan dicapai adalah
mengantarkan peserta didik untuk memilih al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya,
menghargai al-Qur’an sebagai pilihan yang paling benar, kemudian mau dan mampu
untuk bertindak, mangamalkan isi dari al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
b. Karakteristik bidang studi PAI dan
peserta didik
Ditinjau dari aspek
karakteristik bidang studi PAI, menuntut adanya fakta, hukum/dalil, prinsip,
dan keimanan yang menyajikan kebenaran al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.[3]Aspek karakteristik peserta
didik yang berarti setiap individu dari mereka mempunyai kemampuan sendiri,
gaya belajar sendiri, dan perkembangannya pun berbeda-beda, seperti
perkembangan kognitif.
c. Kendala pembelajaran PAI.
Dari aspek kendala
pembelajaran PAI dapat dilihat mulai dari kualitas pendidik, sarana prasarana
dalam pembelajaran yang belum maksimal sehingga dapat mempengaruhi proses
pembelajaran.
2. Metode pembelajaran PAI
Metode pembelajaran
PAI dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut. Metode yang digunakan dapat berbeda-beda, disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran. Misalnya tujuan pembelajaran ditinjau dari aspek
kognitif adalah peserta didik dapat memilih al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya,
maka pembelajaran yang dikembangkan adalah merancang metode pembelajaran PAI
yang dapat memberi kesempatan peserta didik untuk memilih berbagai alternatif
pilihan tentang kelebihan dan kekurangan, kebenaran, kesesuaian dengan
membandingkan dan menyandingkan berbagai kitab suci, serta mengarahkan peserta
didik dapat menentukan pilihannya sesudah mengadakan pertimabangan-pertimbangan
mengenai akibat-akibat pilihannya. Dari aspek afektif, peserta didik dapat
menghargai pilihannya bahwa al-Qur’an adalah pedoman hidup umat manusia, maka
metode yang dikembangkan adalah membuat peserta didik bahagia, gembira dengan
cara menghargai pilihannya, dinilai positif, dan yang paling penting adalah
membuat peserta didik berani mengemukakan pilihannya dihadapan orang lain. Dari
aspek psikomotornya sendiri, peserta didik mampu bertindak dan mengamalkan
pilihannya (al-Qur’an sebagai pedoman hidup) dalam kehidupannya, maka metode
yang dikembangkan lebih ditekankan pada penataan sumber belajar yang lebih
banyak memberikan kesempatan peseta didik dapat berbuat sesuatu atas
pilihannya, diulang-ulang kembali sehingga membentuk pola kehidupan yang sesuai
dengan al-Qur’an.[4]
3. Hasil yang ingin dicapai dari pembelajaran
PAI
Hasil pembelajaran
PAI mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari
penggunaan metode pembelajaran PAI di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda.
Hasil pembelajaran ini berupa hasil nyata dan hasil yang diinginkan. Hasil nyata adalah hasil pembelajaran PAI
yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya suatu metode
pembelajaran PAI tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada.
Hasil yang diinginkan yaitu tujuan yang ingin dicapai yang biasanya sering
mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu
metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi
pembelajaran yang ada. Menurut Davies, untuk menghasilkan pembelajaran yang
efektif, efisien, dan menarik diperlukan suatu aktifitas profesional yang
memerlukan kemampuan dan keterampilan tingkat tinggi dalam pengambilan
keputusan terhadap perencanaan pembelajaran yang ditetapkan.[5]
Bila
dilihat dari datangnya faktor keberhasilan pembelajran, maka akan didapat 2
faktor yaitu faktor Intern (faktor yang datang dari peserta didik) dan faktor
Ekstern (faktor yang datang dari luar diri peserta didik). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: [6]
1.
Faktor Intern
a.
Sikap terhadap
belajar
Sikap merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, mengabaikan.
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi
belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi belajar bagi
siswa mengakibatkan lemahnya kegiatan belajar mengajar dan mutu belajar akan
menjadi rendah.
c. Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
d. Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan
belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran
sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
e. Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan
hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu
yang lama. Kemampuan menyimpan pesan yang pendek berarti hasil belajar cepat
dilupakan. Kemampuan menyimpan pesan yang lama berarti hasil belajar tetap
dimiliki siswa dan tidak mudah untuk dilupakan.
f. Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil
belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima.
Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali,
atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan
memanggil dan membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk memperoleh hasil
belajar.
g. Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi
merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan
keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan
tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari
sekolah di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi
dengan baik.
h. Rasa percaya diri
Rasa percaya diri
timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan mendapatkan keberhasilan.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan
dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa prestasi merupakan
tahappembuktian yang diakui oleh guru dan siwa. Semakin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum,dan mempunyai rasa
percaya diri yang semakin kuat.
i.
Intelegensi dan
keberhasilan belajar
Menurut Wechler
sebagaimana dikutip oleh Drs. Dimyati dan Drs. Mudjiono intelegensi adalah
suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapn untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan
bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual
bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
j.
Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan
sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. kebiasaan
tersebut antara lain belajar akhir semester, belajar tidak teratur,
menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk begengsi, bergaya
minta belas kasihan tanpa belajar. Dari hal-hal yang menyimpang dalam proses
belajar yang lainnya.
k. Cita-cita siswa
Dalam rangka tugas
perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki cita-cita dalam hidup.
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik bagi setiap siswa. Tetapi adakalanya
gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa yang belum ada. Cita-cita
sebagai motivasi intrinsik perlu didikan dari pendidik untuk peserta didik.
Didikan bagi peserta didikdi mulai sejak sekolah dasar.
a. Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar
yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan
keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsa. Sebagai
pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan
dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar merupakan wujud emansipasi diri
siswa. Sebagai guru yang mengajar ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa
di sekolah.
b. Sarana dan prasarana pembelajaran
Sarana pembelajaran
meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat, dan fasilitas laboraturium sekolah,
dan berbagai media pembelajaran yang lain. Prasarana pembelajaran meliputi
gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang
kesenian, dan peralatan olah raga. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran
menjadikan kondisi pembelajaran yang baik.
c. Kebijakan penilaian
Proses belajar sampai
pada puncaknya pada hasil belajar siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk
kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara dan terjadilah
penilaian. Penilaian yang di maksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang
berharga, bermutu, dan juga bernilai. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu
keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci
pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
menilai hasil belajar.
d. Lingkungan sosial di sekolah
Siswa-siswa di
sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang disebut lingkungan sosial
siswa. Dalam lingkungan sosial siswa tersebut ditemukan adanya kedudukan dan
peranan tertentu, sebagai ilustrasi seorang siswa dapat menjabat sebagai
pengurus kelas, ketua kelas, dan sebagainya. Tiap siswa berada dalam lingkungan
sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui sesama.
Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera
dapat belajar. Sebaliknya, jika ia bertolak, maka ia akan merasa tertekan.
e. Kurikulum sekolah
Program pembelajaran
di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan
sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu
kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum tersebut
berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut, guru menyusun desain intruksional
untuk membelajarkan siswa. Hal itu berarti bahwa program pembelajaran di
sekolah sesuai dengan sistem pendidikan nasional.
Para
ahli menambahi faktor yang mepengaruhi keberhasilan pembelajaran. Pertama,
Slameto yang berpendapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
adalah faktor keluarga. Siswa berangkat ke sekolah dari rumah tidak hanya membawa
buku, membawa uang saku namun juga membawa latar belakang ideologi dari rumah,
serta membawa asumsi-asumsi dasar yang ia bangun dari lingkungan keluarga. Dia
membagi faktor keluarga ini ke dalam tujuh faktor yaitu orang tua mendidik,
relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua dan latar belakang budaya.[8] Kedua, Toto Fathoni dan
Cepi Riyana menyatakan faktor waktu juga mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Faktor waktu dapat dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu
dan kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa jumlah jam
pelajaran yang tersedia untuk proses pembelajaran. Sedangkan yang menyangkut
kondisi waktu adalah kapan pembelajaran itu dilaksanakan. Pagi, siang, sore,
malam, kondisinya akan berbeda. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaranyang terjadi.[9]
C.
Ciri-ciri
Tercapainya Keberhasilan Pembelajaran
Dalam
kurikulum terdapat kompetensi-kompetensi yang harus dipenuhi agar tujuan
pembelajaran tercapai, kompetensi-kompetensi tersebut adalah Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi merupakan kerangka yang
menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar
Kompetensi dalam kurikulum 2013 di ubah menjadi Kompentensi Inti (KI).
Kompetensi dasar adalah perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar
kompetensi. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
minimal harus dikuasai siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar
kompetensi yang telah ditetapkan.[10]
Selain
itu terdapat juga indikator yang merupakan kompetensi dasar secara spesifik
yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator
keberhasilan belajar diantaranya, yaitu:[11]
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran
yang diajarkan mencapai prestasi tertinggi , baik secara individual msupun
kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan
pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik
secara individual maupun kelompok
Indikator
pencapaian hasil belajar dalam kurikulum berfungsi sebagai ciri-ciri yang
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Ciri-ciri itu
lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri peserta didik. Jika
serangkaian indikator hasil belajar sudah tampak apa diri peserta didik ,
target kompetensi dasar tersebut sudah tepenuhi atau tercapai.[12]
BAB III
KESIMPULAN
1. Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran PAI
secara umum ada 3 yaitu a.) Kondisi pembelajran PAI; b.) Metode embelajran PAI;
c.) Hasil yang diinginkan dari pembelajaran PAI. Bila dilihat dari datangnya
ada 2 faktor yaitu a.) Faktor Intern yaitu faktor yang datang dari dalam diri
peserta didik; b.) Faktor Ekstern yaitu faktor yang datang dari luar peserta
didik.
3. Indikator yang merupakan kompetensi
dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian
hasil pembelajaran. Indikator pencapaian hasil belajar dalam kurikulum
berfungsi sebagai ciri-ciri yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada
peserta didik. Ciri-ciri itu lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri
peserta didik. Jika serangkaian indikator hasil belajar sudah tampak apa diri
peserta didik, target kompetensi dasar tersebut sudah tepenuhi atau tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Djamara,
Syaiful Bahri dan Zani, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rhineka Cipta, 2006.
Fathoni, Toto dan Riyana,
Cepi. Komponen-Komponen Pembelajaran: dalam Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Raja Grafindo, 2011.
Majid,
Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012.
Slameto, Alfabeta. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
[1] Abdul
Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 16.
[2] Ibid.,
7-8
[3]
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam:
Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 146.
[4]
Ibid., 147.
[5]
Ibid., 149.
[6]
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 239.
[7]
Ibid., 248.
[8] Alfabeta
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 60.
[9] Toto
Fathoni dan Cepi Riyana, Komponen-Komponen Pembelajaran: dalam Kurikulum dan
Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 156.
[10] Abdul
Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 223
[11] Syaiful
Bahri Djamara dan Aswan Zani, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:
Rhineka Cipta, 2006), 106.
[12] Abdul
Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 233-234.
FILE PRESENTASI BISA DI DOWNLOAD DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar